Investor Labil, Wall Street Berbalik Menguat di Pembukaan

Investor Labil, Wall Street Berbalik Menguat di Pembukaan


Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka berayun ke jalur hijau pada perdagangan Senin (10/2/2020) karena investor masih labil antara menyambut data positif ekonomi AS ataukah mengukur risiko wabah virus corona di China.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 100 poin (-0,8%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi berbalik menguat 52,1 poin (0,18%) selang 30 menit kemudian ke 29.155,8. Indeks Nasdaq masih naik 35,4 poin (0,36%) ke 9.555,2 dan S&P 500 tumbuh 6,3 poin (0,19%) ke 3.334,3.

Per Minggu malam, pemerintah China mengumumkan bahwa jumlah pengidap virus asal Wuhan tersebut telah mencapai 40.171 orang, dengan 908 di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, 14 orang berkewarganegaraan AS terbukti positif mengidap virus tersebut ketika menumpang kapal pesiar yang dikarantina di Jepang.

Meski jumlah korban meninggal terlihat besar, dan bahkan disebut-sebut telah melampaui jumlah korban virus severe acute respiratory syndrome (SARS), sebenarnya secara bersamaan 3.000 orang dinyatakan sembuh dari virus ini.

Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut akan mempercepat pengembangan obat untuk mengendalikan virus sejenis pneumonia tersebut. Dia juga berjanji bahwa China akan menang melawan virus corona, meski mengakui bahwa situasi saat ini buruk.

"Durasi virus ini akan menentukan sepanjang apa bisnis bakal terpengaruh dan apa efek yang akan terjadi pada perekonomian China dan dunia," tutur Bruce Bittles, Chief Investment Strategist Baird, sebagaimana dikutip CNBC International.

Saham Apple anjlok lebih dari 1% di tengah kekhawatiran wabah tersebut akan mengganggu produksi iPhone. Reuters melaporkan bahwa Foxconn, salah satu penyuplai terbesar Apple sudah memulai produksi di pabriknya, tetapi hanya dengan 10% dari karyawan.

"Investor bursa terpecah antara ketakutan bahwa virus corona bisa terus menyebar, memperberat pertumbuhan ekonomi global, dan optimisme dari indikator ekonomi global yang menunjukkan pembalikan pertumbuhan," tutur Chief Investment Strategist Yardeni Research, Ed Yardeni, dalam laporan risetnya.

Bursa saham pada Jumat pekan lalu terkoreksi hingga 200 poin, menghentikan penguatan empat hari berturut-turut menyusul kekhawatiran bahwa virus berkode 2019-nCov tersebut bakal memukul ekonomi dunia. Sepanjang pekan, indeks S&P 500 terhitung loncat 3,2%.

Pemodal bahkan menafikan positifnya rilis data tenaga kerja AS, yang mencatatkan 225.000 pekerjaan baru pada Januari, melampaui ekspektasi pasar yang hanya mengestimasikan angka 158.000. Institute for Supply Management (ISM) pekan lalu menyebutkan bahwa aktivitas manufaktur di AS bulan lalu berbalik ekspansif diikuti sektor jasa.

Pada Senin, tidak ada data ekonomi besar di AS yang bakal menjadi perhatian pasar. Demikian juga dengan rilis kinerja keuangan emiten, di mana tak ada emiten kakap yang dijadwalkan merilis laporan keuangan mereka per kuartal IV-2019.

Namun kabar korporasi muncul dari Xerox yang menaikkan penawarannya untuk membeli HP Inc menjadi US$ 24 per saham, senilai total US$ 34 miliar. Angka itu naik dari tawaran yagn diajukan November lalu sebesar US$ 22 per unit. Saham Xerox melemah 0,8% sedangkan saham HP Inc melesat 4% lebih. cnbcindonesiacom

0 Comments: